Mengerti Asuransi (3): Siapa Mau Menerima Transferan Potensi Bencana?

Kita akhiri seri kedua dengan check-point bahwa kita telah berkenalan dengan tiga pilihan aksi yang dapat ditempuh seseorang dalam menghadapi risiko, yaitu mengabaikan (to ignore), menahan (to retain) dan memindahkan (to transfer).  Sebelumnya pada artikel yang sama telah dibahas bahwa risiko dapat dipilah menjadi empat kategori berdasarkan kombinasi kekerapan (frequency) dan keparahan (severity).  Lebih lengkap klik http://ifexplorer.blogspot.com/2019/01/mengerti-asuransi-2-pilah-pilih-risiko.html
 

Mentransfer Risiko

Mari kita lanjutkan menelaah risiko kategori 3 dan 4.  Risiko kategori 3 memiliki kekerapan rendah (jarang hingga sangat jarang terjadi), tapi bila sekali terjadi, akibatnya bisa fatal dan/atau kerugian finansial yang ditimbulkan sangat tinggi bagi seseorang.  Risiko rumah sang karyawan habis terbakar dilalap api atau mobilnya terlibat tabrakan beruntun merupakan contoh resiko kelompok 3 ini.  Karena ia jarang terjadi, sang karyawan tidak dapat membuat prediksi total kerugian dalam periode waktu tertentu.  Disisi lain, ia sepatutnya tidak mengabaikan risiko ini karena bila ia benar terjadi, akibatnya bisa sangat parah atau kerugian financialnya sangat tinggi.  Dengan demikian mengabaikan (to ignore) atau menahan (to retain) bukanlah pilihan yang sesuai untuk jenis risiko ini.
 
Memindahkan (to transfer) merupakan pilihan yang masuk akal untuk menghadapi risiko kelompok 3 ini. Eiit... tapi siapa yang mau menerima? Kalau transferan uang tentu banyak yang mau, tapi ini transferan potensi bencana, lho?  Disinilah perusahaan asuransi memainkan peranannya.  
 

Source: Docutrax

 
Perusahaan asuransi sesungguhnya adalah pihak yang menyediakan diri untuk menerima transferan ketidakpastian dan menanggung kerugian finansial yang ditimbulkan apabila risiko itu benar-benar membawa bencana.  Tapi kesediaan ini tentu tidak gratis, perusahaan asuransi akan meminta bayaran yang disebut premi.  Besaran premi ini haruslah jauh lebih kecil dari kemungkinan kerugian yang dapat ditimbulkan dari suatu risiko, kalau tidak asuransi akan kehilangan relevansinya.  Apa gunanya kita pindahkan risiko bila biaya yang sudah pasti kita keluarkan dimuka hampir sama besarnya dengan kerugian yang mungkin kita derita, yang sesungguhnya belum pasti terjadi.
 
Lalu, kenapa perusahaan asuransi mau-maunya pasang badan menanggung risiko pihak lain dengan bayaran yang jauh lebih kecil dari potensi kerugian? Kuncinya ada pada kemampuan perusahaan asuransi dalam memprediksi besaran kerugian yang mungkin ditanggungnya dalam suatu waktu atau dalam kurun waktu tertentu.
 
Lho, dari mana perusahaan asuransi mendapatkan kemampuan memprediksi besaran kerugian dimasa depan, padahal risiko jenis ketiga ini jarang terjadi? Adakah ia menyewa "orang pintar" atau tukang ramal?
 
Memang persoalan rendahnya kekerapan ini lah yang sesungguhnya diselesaikan oleh perusahaan asuransi.  Yang mereka lakukan adalah meningkatkan kekerapan dengan mengumpulkan risiko sejenis dari banyak pemilik resiko.  Semakin banyak semakin baik karena keakuratan prediksi mereka akan meningkat.  Inilah sesungguhnya yang disebut hukum bilangan besar bahwa apabila kita menduga parameter populasi yang tidak ketahui melalui penarikan contoh (sampling), semakin besar ukuran contoh tersebut, maka dugaan (statistics) yang dihasilkan akan semakin mendekati nilai sebenarnya (parameter).
  
Jadi, bisa disimpulkan bahwa melalui prinsip pengumpulan resiko (pooling of risks) dan memanfaatkan hukum bilangan besar (law of large numbers), perusahaan asuransi mampu menghitung berapa nilai kerugian yang mungkin timbul dari keseluruhan risiko yang ditanggungnya.  Ditambahkan dengan biaya-biaya selain kerugian/klaim, perusahaan dapat menghitung berapa premi yang hendak dikenakan pada setiap pemilik risiko (tertanggung).
 
Ok, bagaimana bila perhitungan perusahaan asuransi ternyata salah, total kerugian ternyata jauh lebih besar dari pada perkiraan perusahaan asuransi? Ini topik yang sangat menarik sebenarnya, baiknya kita diskusikan pada kesempatan berikutnya ketika kita membahas tentang reasuransi.
 

Menghindari Risiko

Tiba saatnya kini kita membahas risiko kategori terakhir, kategori 4, yaitu risiko yang kerap terjadi dan parah akibatnya.  Dibanding tiga yang lain, resiko jenis ini jelas yang paling ngeri-ngeri sedap.  Ini kategori ekstrem dan bahkan tak mudah dicarikan contohnya, mungkin karena orang umumnya berusaha menghindari berada dalam situasi risiko ini.
 
Resiko banjir bagi penduduk yang bertempat tinggal di bantaran sungai mungkin merupakan contoh yang bisa dipakai.  Setiap musim hujan rumah mereka selalu kebanjiran dan merusak harta benda, rumah dan isinya.  Memang karena demikian seringnya banjir tiba, penduduk belajar dari pengalaman untuk mengurangi kerugian.  Misalnya, karena banjir biasanya menggenangi lantai satu, semua peralatan elektronik, dokumen-dokumen penting dan benda-benda paling berharga diletakkan di lantai dua atau diloteng lantai satu.
 
Beberapa pekerjaan atau hobbi yang berbahaya, hingga batas tertentu, mungkin dapat pula dikategorikan mengandung resiko jenis ini.  Pekerjaan stuntman, matador, pemain sirkus, pembalap motor, anak-anak muda yang senang trek-trekan di jalanan adalah beberapa contohnya.  Meski, anda boleh berargumen bahwa seiring dengan meningkatnya keahlian seseorang, pekerjaan atau hobi itu bisa beralih menjadi risiko jenis ketiga, karena semakin menurunnya frekuensi kejadian kecelakaan.
 
Source: www.elpais.com
Bersediakah perusahaan asuransi menerima transferan resiko jenis ke empat ini? Umumnya tidak.  Meski besarnya kerugian dapat diprediksi dengan cukup akurat karena kekerapan yang tinggi, besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh setiap kejadian membuat resiko jenis ini tidak ekonomis untuk dikelola melalui skema asuransi.  Premi yang perlu dibayar dimuka oleh pemilik risiko menjadi terlalu tinggi, relatif terhadap potensi kerugian itu sendiri.  Itulah sebabnya asuransi mengecualikan risiko-risiko yang terkait dengan pekerjaan atau hobi yang berbahaya.
 
Ketika risiko tidak dapat dipindahkan  ke pihak lain, maka solusi terbaik untuk resiko jenis ini adalah menghindarinya (to avoid).  Pindah dari bantaran sungai Jakarta, berhenti jadi stuntman, pensiun dari matador, stop trek-trekan.

Comments

Popular Posts