Mengerti Asuransi (1): Risiko, apakah itu?
Kita ringan sekali menggunakan kata risiko dalam percakapan sehari-hari. "Saya tidak mau lagi terbang dengan **** Air, terlalu berisiko", "Gue bayar aja, risikonya kecil", "Ada risikonya, nggak Dok?", adalah contoh ungkapan yang biasa kita dengar. Tapi, apakah sebenarnya risiko itu?
Dari contoh ungkapan itu, terlihat bahwa kita menggunakan kata risiko untuk menggambarkan tentang kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk atau tidak mengenakkan. Untuk kemungkinan terjadinya sesuatu yang baik atau mengenakkan, biasanya kita menggunakan kata yang lain, yaitu "kesempatan".
Memahami asuransi haruslah dimulai dengan membahas risiko. Definisi risiko, setidaknya dalam konteks asuransi, adalah ketidakpastian akan terjadinya kerugian (uncertainty of loss). Kerugian adalah setiap kejadian yang buruk atau tidak menyenangkan yang dapat diukur secara finansial.
Sesungguhnya disepanjang waktu meniti usia, dari detik ke detik, kita berhadapan dengan risiko-risiko atau ketidakpastian-ketidakpastian akan terjadinya kerugian. Mari kita ambil contoh seorang karyawan yang bekerja di Jakarta tapi bertempat tinggal di Bogor. Ia memiliki beberapa pilihan untuk berangkat dan pulang kerja. Ia dapat mengendarai mobilnya dan menghadapi risiko terlibat dalam kecelakaan jalan raya yang membawa kerusakan pada mobilnya, cedera tubuh bahkan merenggut nyawanya. Ia bisa menghindari risiko kecelakaan jalan raya dengan menumpang kereta api Commuter Line, tapi pada saat bersamaan ia menghadapi ketidakpastian yang lain seperti kecelakaan tabrakan kereta api, cidera ketika berdesak-desakan memasuki atau keluar dari kereta, atau resiko kecopetan.
Jadi, bila disekolah kita diperkenalkan dengan hukum kekekalan energi, bahwasanya energi tidak dapat dimusnahkan, hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, mestinya ada pula hukum kekekalan risiko. Sesungguhnya risiko tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, ia hanya berubah bentuk bergantung pada pilihan yang kita ambil dalam melakukan sesuatu.
Ketika sang karyawan telah berada di kantornya yang nyaman dan terkesan aman, ia masih menghadapi berbagai risiko atau ketidakpastian yang dapat membawa kerugian. Mulai dari kemungkinan tersayat halus oleh pinggiran kertas yang tajam, tergelincir dilantai ubin licin yang baru saja dipel, tersiram kopi panas yang baru diseduh, tersengat aliran listrik dari kabel mesin fotocopy, terjepit pintu lift, hingga terperangkap dalam kebakaran dilantai tinggi lalu nekad terjun melalui jendela atau takut terjun tapi mati juga terpanggang atau karena menghirup asap tebal.
Demikian banyak hal buruk yang mungkin menimpa setiap orang, meski ditempat yang terlihat sangat aman. Kemungkinan-kemungkinan itu tetap merupakan ketidakpastian karena kita tidak memiliki pengetahuan akan kapan hal itu terjadi dimasa depan dan separah apa akibatnya.
Lalu, kita harus bagaimana? Haruskah kita senantiasa berharap cemas mengkhawatirkan kemungkinan-kemungkinan buruk itu? Atau, kita lupakan saja semuanya, pasrahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa, yang terjadi maka terjadilah? Atau, adakah yang bisa kita lakukan untuk mengelola risiko?
Dari contoh ungkapan itu, terlihat bahwa kita menggunakan kata risiko untuk menggambarkan tentang kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk atau tidak mengenakkan. Untuk kemungkinan terjadinya sesuatu yang baik atau mengenakkan, biasanya kita menggunakan kata yang lain, yaitu "kesempatan".
Memahami asuransi haruslah dimulai dengan membahas risiko. Definisi risiko, setidaknya dalam konteks asuransi, adalah ketidakpastian akan terjadinya kerugian (uncertainty of loss). Kerugian adalah setiap kejadian yang buruk atau tidak menyenangkan yang dapat diukur secara finansial.
Source: Quantlabs.net |
Sesungguhnya disepanjang waktu meniti usia, dari detik ke detik, kita berhadapan dengan risiko-risiko atau ketidakpastian-ketidakpastian akan terjadinya kerugian. Mari kita ambil contoh seorang karyawan yang bekerja di Jakarta tapi bertempat tinggal di Bogor. Ia memiliki beberapa pilihan untuk berangkat dan pulang kerja. Ia dapat mengendarai mobilnya dan menghadapi risiko terlibat dalam kecelakaan jalan raya yang membawa kerusakan pada mobilnya, cedera tubuh bahkan merenggut nyawanya. Ia bisa menghindari risiko kecelakaan jalan raya dengan menumpang kereta api Commuter Line, tapi pada saat bersamaan ia menghadapi ketidakpastian yang lain seperti kecelakaan tabrakan kereta api, cidera ketika berdesak-desakan memasuki atau keluar dari kereta, atau resiko kecopetan.
Jadi, bila disekolah kita diperkenalkan dengan hukum kekekalan energi, bahwasanya energi tidak dapat dimusnahkan, hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, mestinya ada pula hukum kekekalan risiko. Sesungguhnya risiko tidak dapat sepenuhnya dihilangkan, ia hanya berubah bentuk bergantung pada pilihan yang kita ambil dalam melakukan sesuatu.
Ketika sang karyawan telah berada di kantornya yang nyaman dan terkesan aman, ia masih menghadapi berbagai risiko atau ketidakpastian yang dapat membawa kerugian. Mulai dari kemungkinan tersayat halus oleh pinggiran kertas yang tajam, tergelincir dilantai ubin licin yang baru saja dipel, tersiram kopi panas yang baru diseduh, tersengat aliran listrik dari kabel mesin fotocopy, terjepit pintu lift, hingga terperangkap dalam kebakaran dilantai tinggi lalu nekad terjun melalui jendela atau takut terjun tapi mati juga terpanggang atau karena menghirup asap tebal.
Demikian banyak hal buruk yang mungkin menimpa setiap orang, meski ditempat yang terlihat sangat aman. Kemungkinan-kemungkinan itu tetap merupakan ketidakpastian karena kita tidak memiliki pengetahuan akan kapan hal itu terjadi dimasa depan dan separah apa akibatnya.
Lalu, kita harus bagaimana? Haruskah kita senantiasa berharap cemas mengkhawatirkan kemungkinan-kemungkinan buruk itu? Atau, kita lupakan saja semuanya, pasrahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa, yang terjadi maka terjadilah? Atau, adakah yang bisa kita lakukan untuk mengelola risiko?
Life itself is a risk. Jadi, Cukuplah Alloh yang menjadi Pelindungku. Ikhtiarnya, salah satunya adalah dengan membeli polis asuransi. MARI BERASURANSI!
ReplyDelete