Bila Operasi Jantung dilakukan oleh Dokter Umum

Peran seorang underwriter dalam industri asuransi sangatlah vital. Kurang lebih seperti dokter didunia kesehatan.

Underwriter adalah orang yang bertanggungjawab untuk mempelajari, meneliti dan menganalisa setiap resiko lalu mengambil keputusan apakah resiko tersebut layak diasuransikan atau tidak.  Bila ia dinyatakan layak diasuransikan, underwriter pula yang menentukan syarat dan ketentuan penutupan tersebut, termasuk namun tak terbatas pada polis yang digunakan, pengecualian, suku premi, deductible/resiko sendiri, klausula-klausula khusus dan sebagainya.

Resiko yang diteliti oleh underwriter banyak ragamnya.  Mulai dari yang sederhana seperti kendaraan bermotor atau rumah tinggal hingga resiko-resiko besar dan kompleks seperti industri-industri raksasa, proyek konstruksi yang rumit, kapal penumpang atau kargo yang besar, pesawat terbang dan sebagainya. Ada pula resiko yang tidak terlihat wujudnya seperti liability (tanggung jawab terhadap pihak ketiga).
source: linkedin.com

Bila kita bayangkan lebih lanjut, betapa banyaknya variasi resiko.  Resiko pabrik semen tentu berbeda dengan pabrik roti. Resiko pabrik sepatu tentu tak sama dengan pembangkit listrik tenaga air. Pesawat terbang penumpang bukan bus bertingkat antar kota.  Resiko seseorang terkena penyakit tertentu jelas lain dari resiko orang yang sama dituntut ke pengadilan oleh tetangganya.  Dan seterusnya.

Untuk memahami setiap jenis resiko diperlukan pengkajian terhadap resiko tersebut. Semakin besar kemungkinan kerugian yang ditimbulkan oleh resiko itu, sepatutnya semakin dalam penelitian, pengkajian dan analisa yang dilakukan. Itu artinya diperlukan underwriter dengan pengetahuan dan pemahaman mendalam dan spesifik tentang resiko itu. Bila tidak, maka kajian dan analisanya tentu akan dangkal saja. Alih-alih memahami resiko, kajian dangkal malah memunculkan resiko baru yaitu salah perhitungan atau salah tafsir yang berujung pada pengambilan keputusan underwriting yang salah.  Salah perhitungan ini dapat membawa akibat yang sangat menyakitkan.
Dengan kata lain, adalah ideal apabila underwriter asuransi jiwa dan kesehatan adalah seorang dokter atas sarjana medis, underwriter asuransi rangka kapal adalah insinyur teknik perkapalan, underwriter untuk asuransi konstruksi adalah insinyur bangunan, underwriter untuk asuransi penutupan pabrik petrokimia adalah insinyur teknik kimia, underwriter asuransi tanggung gugat adalah sarjana hukum. Dan seterusnya.

Beranekaragamnya jenis resiko dengan kompleksitas bertingkat-tingkat membuat hampir mustahil untuk satu orang underwriter untuk menjadi pakar dalam semua lini bisnis asuransi.  Keanekaragaman ini menuntut spesialisasi bahkan sub-spesialisasi, sebagaimana didunia kedokteran. Kepakaran diperoleh melalui pengulangan dan pendalaman dalam waktu yang lama.  Itu sebabnya anda membayar lebih mahal untuk bertemu dokter senior spesialis atau sub-spesialis tertentu dibandingkan dengan dokter umum.  Kasus yang datang kepada mereka sepatutnya yang cukup rumit yang tak lagi mampu ditangani dokter umum.  Kepakaran dan spesialisasi seorang dokter menentukan pengakuan terhadap mereka dan terrefleksi langsung pada renumerasi.

Namun vitalnya peran underwriter belum sepenuhnya diyakini oleh industri asuransi dibanyak tempat. Pengakuan (dan remunerasi) terhadap underwriter spesialis masih dikalahkan oleh posisi manajerial. Akibatnya talenta industri memilih untuk menjadi bos dibandingkan pakar. Menjadi manajer membawahi anak buah lebih disukai dari pada menjadi underwriter senior yang bekerja sendiri, namun menjadi rujukan. Mereka tetap dengan bangga menyandang gelar underwriter, yaitu underwriter generalis, bukan spesialis. 

Yang memilih jalur spesialisasi dan bertahan disitu dipandang sebagai kegagalan. Mentok, udah kerja lama belum jadi bos juga. Padahal posisi manajerial bagaimanapun terbatas. Taklah mungkin semua orang harus jadi atasan. Parahnya pula, perusahaan terpaksa memfasilitasi nafsu jadi bos ini dengan menciptakan berbagai pos manajerial dengan bermacam judul, manager, asisten manager, deputy manager, supervisor, kepala ini, kepala itu dan seterusnya. Tanpa disadari organisasi menjadi berlapis banyak, tambun dan pengambilan keputusan menjadi tidak efisien.

Celakanya adalah akibat langkanya tenaga underwriter spesialis, resiko-resiko besar dengan kompleksitas tinggi dianalisa oleh underwriter generalis. Ini seperti operasi jantung dilakukan oleh dokter umum.

Analisa dangkal ini mendorong terjadinya perang harga menjadi semakin panas. Resiko-resiko dalam satu kategori atau kode okupasi dianggap memiliki tingkat resiko yang sama sehingga harus dikenakan tingkat premi yang sama.  Padahal tidak semuanya dapat dijelaskan oleh statistik masa lalu.  Apalagi underwriting sejatinya adalah forward looking (melihat kemuka).  Analisa dangkal oleh underwriter generalis gagal mengurai dan memahami kompleksitas resiko, yang sesungguhnya mempengaruhi frekuensi dan severity kerugian dan sepatutnya direfleksikan dalam suku premi, deductible serta syarat dan ketentuan penutupan lainnya. 

Perang harga yang tidak masuk akal memaksa regulator mengambil langkah surut kebelakang dengan menerapkan kembali tarif premi. Maka kepakaran underwriter semakin tak berguna, karena semua orang dapat menjadi underwriter, underwriter tabel namanya. Maka industri asuransi tak akan pernah dewasa dan cenderung jalan ditempat. 

Industri asuransi dengan tarif premi yang ditetapkan dengan tabel tentu bukan situasi ideal yang pantas dibiarkan lama-lama.  Industri mesti didorong tumbuh sehat dan dewasa dengan mengambil resiko secara bertanggung jawab berdasarkan kajian underwriting sendiri yang kokoh. Dan komponen utama dari proses menuju kedewasaan itu adalah perlunya perubahan mindset industri dalam memandang peran underwriter.  Pengakuan dan renumerasi yang proporsional terhadap mereka akan mendorong talenta muda memilih jalur spesialis yang secara aggregat akan meningkatkan kualitas industri asuransi itu.

Ada yang berargumen bahwa underwriter akan semakin tidak penting dimasa depan karena semakin canggihnya teknologi. Tapi saya tak sepenuhnya sependapat. Benar bahwa teknologi informasi, terutama Artificial Intelligence (AI) akan mengambil alih sebagian peran underwriter.  Namun jangan lupa bahwa kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dunia yang demikian cepat, konsentrasi kehidupan dan properti yang meningkat yang pada akhirnya merubah profil resiko bahkan melahirkan banyak resiko baru dengan profil dan perilaku asing yang belum dipahami.  Mereka dinamakan emerging risks.  Mudah-mudahan masih tersisa ruang bagi manusia.










Comments

Popular Posts